Apakah kalimat itu? Kalimat merupakan satuan sintaksis yang disusun dari konstituen (unsur bahasa yang merupakan bagian dari satuan yang lebih besar) dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi (kata hubung) jika diperlukan, serta disertai dengan intonasi inal. Jadi, hal yang sangat penting adalah konstituen dasar dan intonasi inal, sedangkan konjungsi hanya ada jika diperlukan.
Kalimat berdasarkan fungsinya dibedakan atas kalimat tanya, kalimat berita, dan kalimat perintah. Kalimat tanya ditandai dengan intonasi inal berupa tanda tanya (?) dan berfungsi menanyakan sesuatu. Kalimat berita ditandai dengan intonasi inal tanda titik (.) dan berfungsi memberitakan sesuatu serta kalimat perintah ditandai dengan intonasi inal dengan tanda seru (!) dan berfungsi mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang lain.
Sebagai contoh, lihat penggunaan kalimat berikut.
• Apa jasa Kartini sehingga setiap tahun diperingati? (kalimat tanya)
• Jika ingin menjadi pintar, orang harus bersekolah. (kalimat berita)
• Coba ceritakan tentang perjalanan hidup R.A. Kartini! (kalimat perintah)
Selain itu, ada pula jenis kalimat yang dibedakan atas kelas kata predikatnya, antara lain kalimat verbal dan kalimat nominal. Kalimat verbal merupakan kalimat yang dibentuk dari klausa verbal atau predikatnya berupa kata atau frase yang berkelas kata verba. Adapun kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa nomina. Agar lebih jelas, perhatikan contoh berikut! Untuk contoh lainnya, kalian dapat mencarinya dari wacana-wacana yang sudah kalian pelajari.
• Asti membawa bunga untuk para pahlawan. (kalimat verbal)
• Kakaknya guru SMA. (kalimat nominal)
Selanjutnya, jenis kalimat juga ada yang berupa kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap. Kalimat lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat, sedangkan kalimat tidak lengkap memiliki subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap, walaupun unsur-unsurnya tidak lengkap, tetapi dapat dipahami karena konteksnya diketahui pembaca/pendengar. Jadi, kalimat yang berupa jawaban singkat, kalimat seru, kalimat perintah, dan lain-lain termasuk kalimat tidak lengkap. Berikut ini contoh kalimat lengkap.
• Agus dan Rani sudah berdamai.
• Kakekku berjuang di zaman penjajahan.
Berikut ini contoh kalimat tidak lengkap.
• Pergi!
• Halo!
Adakah contoh kalimat lengkap dan tidak lengkap lainnya? Ayo, sebutkan! Selanjutnya, ada pula jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya, yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Jika suatu kalimat terdiri atas satu klausa disebut kalimat tunggal, sedangkan jika lebih dari satu klausa disebut kalimat majemuk. Contohnya,
Kalimat tunggal:
• Tentara-tentara itu berperang sepanjang hari.
• Siapakah nama pejuang yang masih gagah itu?
Kalimat majemuk:
• Dia datang dan duduk di sebelah saya.
• Meskipun dilarang oleh nenek, kakek pergi juga ke kebun.
Ayo, berikanlah contoh kalimat tunggal dan kalimat-kalimat majemuk lainnya!
Selain itu, ada juga jenis kalimat berdasarkan letak subjek dan predikatnya, yaitu kalimat normatif dan kalimat inversi. Kalimat normatif, letak subjeknya berada di awal predikat, sedangkan inversi sebaliknya.
Contoh kalimat normatif:
• Ayah berjuang.
S P
• Ibu berjalan.
S P
Contoh kalimat inversi:
• Pergi kau!
S P
• Sangat lemah badannya.
S P
Buatlah contoh kalimat normatif dan inversi lainnya! Jika klausa di dalam sebuah kalimat terdapat lebih dari satu, kalimat itu disebut kalimat majemuk. Berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa di dalam kalimat itu, dibedakan adanya kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
Menurut Ramlan, kalimat majemuk setara merupakan kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama atau setara. Klausa-klausa dalam kalimat majemuk dihubungkan dengan konjungsi koordinatif (setara), seperti dan, atau, tetapi, dan lalu. Namun, tidak jarang hubungan itu tanpa menggunakan konjungsi, tetapi menggunakan tanda baca koma (,). Berikut ini beberapa contoh kalimat majemuk setara.
• Nenek melirik, kakek tersenyum, dan ibu tertawa.
• Beliau membuka pintu itu, tetapi membiarkan kami berdiri di luar.
• Saya ingin turut berjuang, tetapi ibu tidak mengizinkan.
• Dia datang dan duduk di sebelah saya.69 Kemasyarakatan
Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat majemuk yang hubungan antarklausa-klausanya tidak setara atau tidak sederajat. Klausa yang satu berupa klausa atasan, dan klausa yang lain merupakan klausa bawahan. Kedua klausa itu dihubungkan dengan konjungsi subordinatif (bertingkat), seperti kalau, ketika, meskipun, dan karena. Namun, acapkali hubungan itu tanpa dibubuhi konjungsi.
Berikut ini beberapa contoh kalimat majemuk bertingkat. Anda juga
dapat mencari contoh lainnya. Ayo, sebutkan.
• Kalau ayah pergi, ibu pun akan pergi.
klausa atasan klausa bawahan
• Adik membaca komik ketika kakak sekolah.
klausa atasan klausa bawahan
Jenis kalimat majemuk yang lain adalah kalimat majemuk campuran. Kalimat majemuk campuran terdiri dari tiga klausa atau lebih, dihubungkan secara setara dan secara bertingkat. Jadi, kalimat majemuk ini merupakan gabungan/campuran dari kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Berikut ini contohnya.
Kemudian, berikan contoh lainnya!
Adik membaca komik karena ibu tidak ada di rumah dan tidak ada tugas sekolah yang harus diselesaikan.
Kalimat tersebut terdiri atas tiga buah klausa, yaitu (1) Adik membaca komik, (2) Ibu tidak ada di rumah, dan (3) tidak ada tugas sekolah yang harus diselesaikan. Klausa (1) dan klausa (2) dihubungkan secara bertingkat, klausa (2) dan klausa (3) dihubungkan secara setara.
Kalimat pun dapat diidentiikasi berdasarkan konturnya, yaitu berupa kalimat panjang atau kalimat pendek. Kalimat panjang dapat dilihat pada contoh berikut.
Sungguh pun kalian mendapat bantuan yang besar sekali dari Belanda, tetapi beliau tetap juga tidak senang terhadap VOC.
Kalimat pendek dapat dilihat pada contoh berikut.
• Pengusaha itu berusia 61 tahun.
• Pejuang itu telah gugur.
Berdasarkan perubahan atau transformasinya, kalimat dapat dibedakan atas kalimat inti dan kalimat noninti. Kalimat inti, dapat disebut juga kalimat dasar. Dalam bahasa Indonesia terdapat kalimat inti dengan pola atau struktur antara lain sebagai berikut.
a. FN + FV : Ibu datang
b. FN + FV + W : Adik membaca komik
c. FN+FV+FN+FN : Ibu membacakan adik cerita
d. FN + FN : Paman dokter
e. FN + FA : Kakak cantik
f. FN + FNum : Uangnya dua juta
g. FN + FP : Uangnya di dompet
Keterangan:
a) FN = Frase Nominal
FV = Frase Verbal
FA = Frase Ajektival
FNum = Frase Numeral
FP = Frase Preposisi
b) FN dapat diisi oleh sebuah kata nominal, FV dapat diisi oleh sebuah kata verbal, FA dapat diisi oleh sebuah kata ajektival, dan FNum dapat diisi oleh sebuah kata numeralia.
Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat noninti dengan proses transformasi. Misalnya, dari kalimat inti Adik membaca komik, dapat diperlakukan proses pemasifan menjadi Komik dibaca adik atau Adik tidak membaca komik; dijadikan kalimat perintah menjadi Bacalah komik itu!; dijadikan kalimat tanya menjadi Apakah adik membaca komik?; dan sebagainya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kalimat inti + proses transformasi = kalimat noninti. Jika dibagankan menjadi:
Kalimat Inti + Proses Transformasi = Kalimat Noninti
Saat berbahasa lebih banyak digunakan kalimat noninti daripada kalimat inti, sebab informasi yang disampaikan melalui bahasa biasanya sangat luas, mencakup berbagai segi informasi kehidupan. Umpamanya, kalimat inti Ayah datang, mungkin akan menjadi Ayahku baru datang dari Paris atau Ayah Adam tidak akan datang karena sedang rapat.
Urutan unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dapat memegang peranan yang penting dalam bahasa Indonesia. Perubahan urutan kalimat dapat mengubah makna kalimat. Jika urutan kalimat Anjing menggigit anak itu, diubah Anak itu menggigit anjing, makna kalimat itu akan berbeda sekali maknanya. Berikut ini contohnya. Selain contoh-contoh berikut, dapatkah Anda memberikan contoh lainnya?
Berdasarkan konjungsi yang digunakan, kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam empat macam, yakni (1) kalimat majemuk yang menyatakan penjumlahan, (2) kalimat majemuk yang menyatakan urutan peristiwa, (3) kalimat majemuk yang menyatakan pemilihan, dan (4) kalimat majemuk yang menyatakan perlawanan.
1. Kalimat Majemuk Penjumlahan
Kalimat majemuk setara yang menyatakan hubungan penjumlahan disebut kalimat majemuk penjumlahan. Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi dan, serta, dan lagipula. Kalimat majemuk yang menggunakan konjungsi tersebut, memperlihatkan hubungan penjumlahan dari beberapa kalimat dasar.
• Kakek itu membawa boneka dan nenek membawa pakaian.
• Pak Guru mengawasi mereka dari jauh dan semua siswa itu terhibur serta para orang tua bergembira.
2. Kalimat Majemuk Pemilihan
Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi atau. Jika isi pemilihan hanya dua (kalimat dasar), digunakan konjungsi atau di antara dua pilihan itu dan disertai tanda koma. Hubungan pemilihan itu dapat juga dinyatakan dengan kata apa (kah).
• Dia ingin melanjutkan tes ke perguruan negeri atau kuliah di perguruan tinggi swasta yang baik.
• Anda boleh mengikuti tes lisan, atau Anda membuat karya tulis.
3. Kalimat Majemuk Urutan
Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi lalu, lantas, terus, dan kemudian. Kalimat majemuk ini menyatakan hubungan urutan peristiwa. Konjungsi itu merupakan pembatas di antara kalimat dasar dan dibubuhi tanda koma sebagai pembatasnya. Contohnya,
• Komandan itu memberi perintah, lalu mereka segera mencari tempat aman.
• Sebagian pasukan menerobos perbatasan, kemudian mereka menyerang pertahanan musuh.
Konjungsi lalu, lantas, dan kemudian dapat digunakan secara serentak. Di samping itu, dapat juga digunakan satu konjungsi yang terletak pada kalimat dasar yang terakhir.
Seorang Prajurit bersembunyi di balik pepohonan, lalu dia mengawasi keadaan di sekelilingnya, lantas dia melihat musuh di ujung jalan setapak, kemudian dia lari mengejar orang itu.
4. Kalimat Majemuk Perlawanan
Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi tetapi, melainkan, dan sedangkan. Konjungsi tersebut, menyatakan hubungan perlawanan di antara kalimat dasar dalam sebuah kalimat majemuk. Namun, tetap digunakan tanda koma (,) di antara kalimat dasar yang satu dan kalimat dasar yang lain.
Ibunya selalu mempermasalahkan kenakalan anaknya, sedangkan ayahnya tidak pernah.
Kalimat majemuk perlawanan biasanya terdiri atas dua kalimat dasar dan konjungsi perlawanan. Dengan menggunakan konjungsi perlawanan, kalimat itu akan memperlihatkan hubungan perlawanan secara tegas.
Nah, dapatkah Anda memberikan contoh kalimat majemuk penjumlahan, pemilihan, urutan, dan perlawanan lainnya? Ayo, sebutkan!
Selanjutnya, dikenal pula adanya jenis-jenis kalimat majemuk bertingkat. Jenis-jenis kalimat majemuk bertingkat tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Kalimat majemuk yang menyatakan hubungan waktu.
Kalimat ini ditandai dengan konjungsi sejak, sewaktu, ketika, setelah, sampai, manakala, dan sebagainya.
Contoh:
• Sejak paman pergi, dia belum tiba kembali ke sini.
• Peristiwa itu terjadi sewaktu negara sedang dalam suasana bersuka-cita.
• Semua siswa tertawa manakala pelawak itu pentas.
• Ia baru pulang sekolah setelah ruang kelas dibersihkan.
b. Kalimat majemuk hubungan syarat. Kalimat majemuk ini ditandai dengan adanya konjungsi jika, seandainya, andaikan, asalkan, dan apabila. Berikut ini contohnya.
• Jika kalian mau mendengarnya, saya senang sekali.
• Beliau akan segera pulang seandainya peserta banyak yang tidak hadir.
• Pak Angger akan menghadiri perundingan ini asalkan kedua belah pihak juga menghadirinya.
• Perjuangan ini pasti berhasil andaikan seluruh warga negara turut berjuang.
• Hatiku bertambah bangga apabila aku teringat masa perjuangan dulu.
c. Kalimat majemuk hubungan tujuan. Kalimat ini ditandai dengan konjungsi agar, supaya, dan biar. Berikut ini contohnya.
• Ibu sengaja meninggalkan rumah agar kami bisa mandiri.
• Nenekku berkeinginan supaya aku memiliki keahlian di bidang agama.
• Dia bekerja sampai malam biar anaknya dapat melanjutkan sekolah.
d. Kalimat majemuk hubungan konsesif. Kalimat ini ditandai dengan konjungsi walaupun, meskipun, sekalipun, biarpun, kendatipun, dan sungguhpun. Berikut ini contohnya.
• Walaupun hatinya sangat sedih, dia tidak pernah memperlihatkannya di hadapanku.
• Perjuangan berjalan terus kendatipun musuh telah mengosongkan semua kota besar.
• Neneknya terus menjahit sampai larut malam sungguhpun dia telah merasakan adanya sakit di punggungnya.
• Ibu mengizinkan Anto pergi betapapun besar cita-citanya.
• Siapapun yang meminta, Pak Burhan selalu bersedia memberikan bantuan.
e. Kalimat majemuk hubungan perbandingan. Kalimat ini ditandai dengan kata penghubung daripada, ibarat, seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, dan alih-alih.
Berikut ini contohnya.
• Daripada berdiam diri, lebih baik Anda menanam buah jeruk di kebun orangtuamu saja.
• Pak Boli menyayangi semua keponakannya seperti dia menyayangi anak kandungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar